KATA PENGANTAR
Segala puji dan sanjungan hanya kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah menanamkan fitrah suci pada anak-anak, yang dengan fitrah tersebutlah ia akan menjadi permata bagi kedua orang tuanya dan tabungan bagi mereka kelak ketika menghadap Allah SWT. Shalawat dan salam kita mohonkan kepada Allah Yang Maharahman semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, pendidikan teladan dan guru paling mulia bagi putra-putri dan umat keseluruhannya. Shalawat dan salam semoga di limpahkan juga kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, tabi’it, dan seluruh umatnya yang senantiasa menjadikan beliau sebagai teladan dan panutan dalam hidupnya.
Untaian kata, “ Alhamdulillahirabbilalamin “ kami ucapkan karena dengan izin Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini yang akan membahas mengenai “KULTUR ORGANISASI“ yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah manajemen lembaga pendidikan islam.
Namun penulis pada akhirnya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna banyak sekali keterbatasannya. Tapi penulis berharap kedepan kajian terhadap mata kuliah ini akan lebih diprioritaskan seiring dengan perubahan ilmu pengatahuan dan teknologi serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan hasil pendidikan.
Bandung, 18 Oktober 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... ii
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 1
A. PENGERTIAN KULTUR............................................................................... 4
- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK KULTUR................................... 5
C. SUMBER-SUMBER KULTUR....................................................................... 8
- PENGARUH KULTUR TERHADAP MANAJEMEN LPI.............................. 9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
Antara pendidikan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya dengan suatu hal sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, sedang manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan mendukung kebudayaan tertentu.
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang berkati kemampuan untuk mencifakan nilai kebudayaan dan fungsi kebudayaan dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai.nilai
Dengan adanya budayaan didunia pendidikan, maka timbullah berbagai organisasi,yang termasuk dalam judul makalah yaitu:” kultur (budaya) organisasi”, dalam hal ini dalam kultur organisani banyak menimbulkan hal-hal yang masuk dalam dunia pendidikan berbagai interaksi-interaksi dari luar, yang menjadi kultur baru dalam pendidikan.
Dalam hal ini budaya meruapakan bagian hidup manusia yang apaling dekat dangan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatam manusia hampir tidaka akan pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan tersebuat dilakukan hubungan antar individu, antar masyarakat, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan individu,dalam hal ini lah msing berinteraksi, timbulalah pemikiran yang berbeda,makanya mepunya kebudayaan (kultur) yang berbeda-beda, terjalinlah suatu organisasi dalam suatu sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KULTUR
Kata culture kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa lain adalah Kata kebudayaan dalam istilah inggris adalah “culture” yang berasal dari bahasa latin “colere”yang berarti mengolah, mengerjakan. Kultur juga bisa disebut faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berbeda di lingkungan yang lain pula.
Kebudayaan (kultur) menurut Taylor adalah totalitas yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
Dalam hal tersebut kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.(Prof. Dr. Made Pidarta, 2000 :157)
Kebudayaan (kultur) dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut:
1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan indonesia
2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan, jawa, bali, sunda, nusa tenggara timur, dan sebagainya.
3. Kebudayaan populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu, yang termasuk kebudayaan populer misalnya lagu-lagu populer, model film, dan model-model pakaian, dan sebagain
Dalam kebudayaan yang disebutkan termasuk kepada organisasi dalam pendidikan atau suatu sekolah, asal proposinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Yang jelas kebudayaan umum harus diajarkan pada semuah sekolah, sementara itu kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, jadi berbeda-beda ditiap daerah, sedangkan kebudayaan populer dapat juga diajarkan proposi yang kecil sebab kebudayaan itu sedang mencuat, tentu disenangi anak-anak.(Prof. Dr. Made Pidarta, 2000 :157)
Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyarakat. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat disebut kebudayaan. Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia, sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang terdiri atas buah pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan individu-individu, dipelajari berkat hidup mereka dalam lingkungan sosial. Bagi individu yang baru lahir kebudayaan merupakan bantuan untuk melatihnyahidup efektif didunia ini. Generasi baru tidak perlu menemukan segala sesuatu dari mulanyaakan tetapi dapat belajardari orang-orang yang disekitarnya. Tiap generasi menyampaikan kebudayaan yang dipelajari dari generasi tua kepada generasi baru beserta hal-hal barudan perubahan yang terjadi. Maka karena itu kebudayaan dapat dipandang sebagai kelakuan yang terdapat pada kebanyakan atau semua dan dipelajari dari sesama anggota masyarakat.(S. Nasution, 1983: 63)
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEBENTUK KULTUR
Ada beberapa cara yang dapat dipakai mengklasifikasikan corak atau isi atau bentuk kebudayaan (kultur). Walaupun begitu berbagai macam klasifikasi yang dibuat oleh para ahli ilmu sosial itu bukan berbeda-beda dalam isinya, melainkan berbeda dalam spesifikasinya. Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa isi dari kebudayaan itu dapat dibagi menjadi dua buah unsur komponen yang nyata, yaitu:
1. Kebudayaan materiil
Bagian materiil dari suatu kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang telah diciftakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Komponen-komponen semacam itumungkin meliputi tempayan-tempayan tanahliat yang dibuang suatu sukubangsa primitif maupun kapsul-kapsul ruangangkasayang dibuat serta diluncurkan oleh para ahli yang terpandai dari suatu bangsa yang suda maju. Kedua benda itu ditandai dengan adanya suatu bentuk fisik dan hal inilah yang menggolongkan kedua jenis benda tersebut kedalam ruang lingkup kebudayaan materiil. Dengan kata lain, eksisitensi yang konkrit dari suatu produk buatan manusia, tanpa memandang apapun juga ukuran, kerumutan pembuatan, tujuan, ataupun bentuknya, memberikan ciri kepada kebudayaan materi itu. Rumah, pakaian, mobil, kapal, gedung, dan pesawat televisi, semuahnya itu adalah contoh dari kebudayaan materi tersebut.(Sanapiah Faisal Nur Yasik, 1990: 377-378).
2. Kebudayaan Non-material
Aspek non-material dari kebudayaan itu merangkung semuah buah karya manusia yang ia gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya, dan itu tidak hanya ditemukan didalam pikirannya orang-orang. Dikenal dua buah kategori dari kebudayaan non-materi itu. Katagori pertama meliputi apa yang secara luasdapat didefinisikan sebagai norma-norma individu, sedangkan katagori kedua meliputi kelompok-kelompok norma-norma yang membentuk pranata sosial.
a. Norma-norma
Norma-norma itu dapat didefinisikan sebagai standard-standard tingkah laku yang terdapat didalam semuah masyarakat, seperti misalnya bagaimana caranya berpakaian pada peristiwa-peristiwa tertentuatau bagaimana menegur atau menyapa orang-orang dari kelas-kelas yang berlainan. Sebagai suatu kebudayaan non-materi, norma-norma tersebut menyatakan konsepsi-konsepsi yang teridealisir dari tingkah laku. Memang benar bahwa tingkah laku erat hubungannya dengan apa yang menurut pendapat seorang itu benar atau baik; walaupun begitu tingkah laku yang sebenarnya dipandang sebagai suatu aspek dari organisasi sosial.
Didalam pengertian kebudayaan,muncul suatu ide-ide yang merangkum folklore (kisah-kisah rakyat), dokrin-dokrin keagamaan, teori-teori dan prinsip ilmu pengetahuan, filsafat pendidikan dan pemerintahan, aturan-aturan olah raga, perasaan-perasaan absrak, sistem-sistem moralitas serta etika, maupun penjelasan-penjelasan lain dari dunia dimana seorang itu hidup.
Sedikit banyak norma-norma itu berlainan antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang lain, karena adanya sebab-sebab seperti yang sudah dikemukakan didalam uraian dimuka. Sistem-sitem nilai dan keyakinan yang berkembang didalam masyarakat-masyarakat tertentu., ditinjau dari sudut kebudayaan, memisahkan masyarakat-masyarakat itu dari masyarakat-masyarakat yang lain dan dari itu berkembang corak nilai-nilai dan keyakinan yang berbeda-beda. Ini adalah salah satu kenyataan yang memberikan penjelasan kepada ahli sosiologi timbulnya tingkah laku yang berbeda.
b. Institusi-institusi
Institusi-institusi sosial pada hakikatnya adalah kumpulan-kumpulandari norma-norma, yang telah diciftakan untuk dapat melaksanakan suatu fungsi dari masyarakat. Institusi-institusi itu berbeda-beda dari norma-norma diatas , didalam pengertian bahwa institusi-institusi terdapat meliputi kumpulan-kumpulan norma dan bukannya norma-norma yang berdiri sendiri-sendiri.
Norma-norma dan institusi-institusi dapat dikaitkan dengan cara demikian. Keyakinan terhadap keesaan Tuhan adalah ide-ide yang dapat diklasifikasikan sebagai norma-norma tunggal. Institusi keluarga dan agama terbentuk dari suatu paduan norma-norma yang mencakup norma kawin dengan hanya seorang istri didalam institusi yang pertama dan norma penyembah hanya satu tuhan didalam institusi kedua.( Sanapiah Faisal Nur Yasik, 1990: 380-382).
Didalam suatu organisasi, Budaya bisa merupakan nilai, konsep, kebiasaan, perasaan yang diambil dari asumsi dasar sebuah organiasasi yang kemudian diinternalisasikan oleh anggotanya. Bisa berupa prilaku langsung apabila menghadapi permasalahan maupun berupa karakter khas yang merupakan sebuah citra akademik yang bisa mendukung rasa bangga terhadap profesi dirinya sebagai dosen, perasaan memiliki dan ikut menerapkan seluruh kebijakan pimpinan dalam pola komunikasi dengan lingkungannya internal dan eksternal belajar. Lingkungan pembelajaran itu sendiri mendukung terhadap pencitraan diluar organisasi, sehingga dapat terlihat sebuah budaya akan mempengaruhi terhadap maju mundurnya sebuah organisasi. Seorang profesional yang berkarakter dan kuat kulturnya akan meningkatkan kinerjanya dalam organisasi dan secara sekaligus meningkatkan citra dirinya.
Sehingga organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan keluaran (output) serta bisa juga dilihat sebagai living organisme yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (keluaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.
Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya akademis. Untuk lebih menyesuaikan dengan spesifikasi penelitian penulis mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah budaya akademis.
Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya akademis. Untuk lebih menyesuaikan dengan spesifikasi penelitian penulis mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah budaya akademis.
Pembentukan budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi ( Opcit Ndraha, P.76).
C. SUMBER-SUMBER KULTUR
Dalam dunia pendidikan, untuk mengetahui dan mengerti terhadap kultur (kebudayaan) ialah memepelajari bagaimna permulaannya dan bagaimana pertumbuhannya dari apa-apa yang ada didunia ini. Didalam tata alam ini orang berpendapat bahwa asal mula alam adalah dari gumpala-gumpala alam yang bergerak terus-menerus, dan karena perjalanna waktu, berpencar-pencar menjadi planit-planit. Selanjutnya benda-benda organik (benda-benda mati) itu oleh adanya gas perobahan temperatur dan tekanan-tekanan diatasnya, berobah menjadi benda-benda organis (benda hidup), berupa tumbu-tumbuhan, binatang dan terahkir manusia.
Manusia kemudian menuyusun kebudayaannya dari abad ke abad. Yang dinamakan benda-benda super- organis, yaitu yang meliputi daerah penyelidikan sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dan psikologi.( Abu Ahmadi, 1984 :53)
Manusia selaku mahkluk yang tertinggi, mempunyai kemampuan 2 macam yaitu menerima warisan dari tingkah laku orang tuanya dan kemampuan belajar. (innate and learning).
Yang innate misalnya: menyusu, makan, berjalan, memejamkan dan sebagainya. Sedang yang termasuk learning misalnya menggunakan bahasa, berpakaian, menggunakan kendaraandan sebagainya. Tingkah laku yang melalui proses learning inilah yang dipindahkan manusia dari generasi-generasi berikutnya secara terus-menerus, dan inilah kebudayaan manusia.
Kebudayaan yang ad disekarang ini, hasil kumpulan beribu-ribu tahun yang lampau hingga kini, kedua jenis kebudayaan, baik yang materiil maupun yang non-materiil itu diatur dan dipelihara menurut kepuasan manusia, disesuaikan dengan kebutuhannya, yang lama kelamaan semakin teratur, sihingga merupakan sosial institution yang merupakan intinya kebudayaan. ( Abu Ahmadi, 1984 :54)
Dalam hal ini sumber dari kebudayaan itu dari hasil pemikiran manusia yang merupakan individu yang unik, namun banyak kelakuannyadipengaruhi oleh budaya yang terdapat dalam berbagai bentuk variasi-variasi dalam kerangka budaya itu.
Tidak seluruh kebudayaan dapat dituruti oleh setiap anggota masyarakat. Ada diantaranya yang boleh dikatakan diikuti oleh semuah yang disebut “universal”, seperti bahasa, moral perkawinan,. Selain itu ada pola kelakuan yang memungkinkan pilihan, misalnya perkawinan catatan sipil, dengan atau tanpa upacara adat, agama, atau pesta. Ini disebut alternatif . akhirnya ada pula pola kelakuan yang khas, misalnya bagi dokter, guru, penerbang siswa, dan sebagainya yang disebut speacility atau kelakuan khas.
( S. Nasution, 2009: 64)
D. PENGARUH KULTUR TERHADAP MANAJEMENT LPI
Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh dalam dunia pendidikan, terutama terhadap manajement lembaga pendidikan islam, akibat kebudayaan, sekarang terdapa pergeseran paradigma pendidikan yaitu: dari sekolah kemasyarakat luas dengan pengalaman yang luas pula. Pada saat ini terjadi perubahan yang terbaru dalam sejarah sosial manusia. Dunia hari ini sedang bergerak sangat cepat melalui titik balik sejarah yang amat menentukan. Kita sekrang hidup ditengah repolusi yang mengubah carakita hidup, berkominikasi berpikir, dan mencapai kesejahteraan. Perubahan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan.
Memasuki abad ke 21dan menyongsong milenium ketiga, akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat langsung dari era globalisasi. Proses tranformasi secara fundamental terjadi dalam semuah dimensi kehidupan, baik ekonomi maupun politik, sosial, dan budaya. .( Uus Ruswandi, A. Heris Hermawan, Nurhamzah, 200 : 78)
Secara sosiologi, pendidikan berarti pewaris budaya (transmission of culture) dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari satu generasi kegenerasi lain. Agar identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Nilai-nilai itu bermacam-macam. Ada yang bersifat intelektual,seni, politik, ekonomi dan lain-lain. Dalam berbagaihal nilai-nilai budaya ini berpadu pada pada suatu karya seperti pada binaan rumah. Dalam rumah nampak jelas warisan intelektual, seni, politik, ekonomi, agama, dan lain-lain dari bangsa dan masyarakat yang menciftakannya.(Uus Ruswandi, A. Heris Hermawan, Nurhamzah, 2008: 76)
Anatar pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal sama yaitu nilai-nilai. Sutan Takdir Alisyahbana (1992) mengungkapkan bahwa konfigurasi budaya indonesia asli dibngun oleh tiga jenis nilai yang dominan yaitu nilai religius, nilai solidaritas dan nilai etnis. Ketiga nilai tersebut memberikan nilai repleksi akan kuatnya kehidupan religi, gotong-royong dan unjuk rasa melandasi kretifitas dalam berbudaya.
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. (Tirtaraharda, 200: 100). Cara-cara untuk mewariskan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi dalam keluarga, nonformal dalam masyarakat, sedangkan secara formal terjadi disekolah. Usaha-usaha menuju pola tingkah lak, norma-norma, dan nilai baru ini disebuut transformasi kebudayaan.
Dalam lembaga penndidikan islam sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anakmengembangkan kata hati dan perasaan taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Bukan hanya pemahaman dan perasaan yang harus dikembangkan melainkan juga tindakan atau prilaku sehari-hari yang cocok dengan ajaran agama perlu dibina sehingga anak-anak melakukanya inilah operasional keimanan dan ketakwaan terhadap agama dalam lembaga pendidikan islam. .(Uus Ruswandi, A. Heris Hermawan, Nurhamzah, 2008: 86)
Kebudayaan dan Pendidikan Masyarakat sebagai satu kesatuan individu adalah pembentuk, pelestari sekaligus aset budaya. Sikap, Perilaku, merupakan pemahaman atas keberadaan masing-masing individu pada suatu masyarakat Kebiasan suatu kelompok besar atau msayarakat dan sub kultur kelompok kecil yang lebih memungkinkan dapat saling berkomunikasi satu sama lainnya untuk memfungsikan dirinya sebagai penyedia tranmisi budaya dan memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk bertindak secara maksimal. Anak-anak diharuskan berakulturasi (bergaul), belajar konsep, nilai-nilai dan perilaku secara bersama sebagai sebuah budaya (kebiasaan) dan sebagai cara pensosialisasiannya anak-anak ditempatkan sebagai fungsi utama kemudian para remajan dan selanjutnya orang dewasa agar semuanya ikut berpartisipasi secara efektif dalan kelompok dan masyarakat secara luas.
Didalam lembaga pendidikan islam sistem budaya sangat berpengaruh,karna adanya interaksi sosial antara individu dengan individu,individu anta kelompok, pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Enkulturasi ini terjadi dimana-mana, disetiap tempat hidup seseorang dari setiap waktu. Dengan adanya kebudayaan (kultur) dilembaga pendidikan islam, banyak sekali sisitem organisasi yang beraneka ragam,karna adanya kebudayaan yang timbul dari dasar keunikan pemikiran manusia itu sendiri.
Suatu budaya (kultur) sesungguhnya merupakan bahan masukan atau pertimbangan dalam anak dalam mengembangkan dirinya. Ada kalanya budaya (kultur) akan dipakai terus-menerus, ada kalanya diperbaikidan ada kalanya dibuang dan giganti dengan kebudayaan yang baru. Hal ini bergantung kepada pembinaan pendidik, pengaruh lingkungan, dan hasil penilaian anak itu sendiri. Untuk budaya (kultur) yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa perlu dipertahankan dan diinternalisasikan oleh anak-anak. Hal ini membutuhkan metode tambahan agar anak-anak mengkhayati indahnya nilai-nilai itu sehingga ingin melaksanakan dalam hidupnya.
Didalam lembaga pendidikan islam,kebudayaan (kultur) itu disatu pihak dipengaruhi oleh anggota masyarakat, tetapi dilain pihak anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh kebudayaan. Didalam organisasi pendidikan islam budaya sangat berpengaruh pada lingkungan pendidikan yanga ad dalam lembaga pendidikan islam,karena satu generasi menurun kegenenrasi yang lain,jdi timbullah corak organisasi yang berbeda-beda pada lingkungan masyarakat,karana adanya pemikiran manusia yang berbeda-beda dalam kebudayaannya masing-masing.
Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan dan pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama, dan dengan pola kehidupan ini pula dapat mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. Contoh kehidupan umat islam dijawa tengah, jawa barat, dan sumatra berlain-lainan bentukny, sebab pola kehidupan merekajuga lain, karena adanya pengaruh kultur didaerah itu sendiri, maka dari situlah pengeruh kultur terhadap lembaga pendidikan islam.( Abu Ahmadi, 1984: hal 52)
Didalam dunia pendidikan kebudayaan itu akan berubah terus berjalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta kepandaian manusia. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan, pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubahdan bila pendidikan berubah akan dapa mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa dalam lembaga pendidikan islam peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar, sebab pendidikan adalah tempat manusia-manusia dibina, ditumbuhkan , dan dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi manusia berkembang semakin mampu ia menciftakan atau mengembangkan kebudayaan, sebab kebudayaan dikembangkan oleh kebudayaan. ( Made Pidarta, 2000:161)
BAB III
KESIMPULAN
Secara garis besar, "kultur" dalam bahasa ini Kata kebudayaan dalam istilah inggris adalah “culture” yang berasal dari bahasa latin “colere”yang berarti mengolah, mengerjakan. Kultu juga bisa disebut faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berbeda di lingkungan yang lain pula.
Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia, sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang terdiri atas buah pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan individu-individu, dipelajari berkat hidup mereka dalam lingkungan sosial. Bagi individu yang baru lahir kebudayaan merupakan bantuan untuk melatihnyahidup efektif didunia ini. Generasi baru tidak perlu menemukan segala sesuatu dari mulanyaakan tetapi dapat belajardari orang-orang yang disekitarnya. Tiap generasi menyampaikan kebudayaan yang dipelajari dari generasi tua kepada generasi baru beserta hal-hal barudan perubahan yang terjadi. Maka karena itu kebudayaan dapat dipandang sebagai kelakuan yang terdapat pada kebanyakan atau semua dan dipelajari dari sesama anggota masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
· Nasution, S., Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
· Ruswandi, Uus dkk., Landasan Pendidikan, Bandung : Insan Mandiri, 2008.
· Sanapiah Faisal dan Nur Yasik., Sosiologi Pendidikan : Bahan Terpilih Bagi Para Mahasiswa, Pengelola dan pemikir Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1990.
· Pidarta, Made., Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.
· Ahmadi, Abu., Pengantar Sosiologi, Surakarta : AB. Sitti Syamsiyah, SALA, 1975
Tidak ada komentar:
Posting Komentar